Jumat, 07 Oktober 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT, Dengan segala rahmat dan karunianya hingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing Di Indonesia ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak memperoleh masukan dan bantuan baik moril, maupun spritual dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis menyadari atas kelemahan dan keterbatasan penulis, baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi pembahasan. Untuk itu penulis degan senang hati menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas-tugas penulis dimasa yang akan datang.


 Padang, mei 2011

 Penulis







DAFTAR ISI
BAB I    PENDAHULUAN                                                                                     
A.    Latar Belakang Masalah                                                                    
B.     Ruang Lingkup Masalah                                                                   
C.     Tujuan            penulisan                                                                                
BAB II   KAJIAN TEORI                                                                                        
A.  Pertumbuhan Penduduk dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya.    
B.  Pembangunan dan Syarat Lancarnya Pembangunan                                     
BAB III  PEMBAHASAN                                                                           
A.    Struktur Umur dan Pembangunan.                                       
B.     Keterkaitan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pembangunan Dilihat dari Sektor KetenagaKerjaan.
C.     Keterkaitan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pembangunan dilihat dari Sektor Penguasaan Lahan           
BAB IV  PENUTUP             
A.  Kesimpulan                                                                            
B.  Saran                                                                                      
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Terbatasnya sumber daya modal adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh kebanyakan negara berkembang dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Minimnya modal membawa pada rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan masyarakat. Hal ini berarti akan terjadi terbatasnya modal untuk investasi.Keadaan ini akan terus berlangsung sampai ada upaya untuk meningkatkan investasi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi sampai pada tingkat yang tinggi.
Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam pemenuhan kebutuhan akan investasi adalah dengan penanaman modal asing. Untuk negara-negara yang belum maju seperti Indonesia, penanaman modal asing memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pinjaman komersil untuk pembiayaan pembangunan. Penanaman modal asing merupakan salah satu sumber dana dan jasa pembangunan di negara sedang berkembang berkat sifat khususnya berupa paket modal, teknologi, dan keahlian manajemen yang selektif sertas pemanfaatannya dapat disinkronkan dengan tahapan pembangunan negara yang bersangkutan (Sumantoro, 1983:9).
Ciri negara terbelakang ialah “modal kurang” atau “tabungan rendah” dan “investasi rendah”. Tidak hanya persediaan modal yang sangat kecil tetapi juga laju pembentukan modal uang sangat rendah. Rata-rata investasi kotornya hanya 5 sampai 6% dari pendapatan nasional kotor, sedangkan di negara maju berkisar antara 15 sampai 20%. Laju tabungan yang rendah seperti itu hampir tidak cukup untuk menghadapi pertumbuhan penduduk yang cepat dengan laju 2 sampai 2,5% per tahun, apalagi menginvestasi di proyek-proyek modal baru. Sebenarnya, dengan laju tabungan yang ada, mereka hampir tidak dapat menutup penyusutan modal dan bahkan untuk mengganti peralatan modal yang ada. Usaha memobilisasi tabungan domestik melalui perpajakan dan pinjaman masyarakat hampir tidak cukup untuk menaikkan laju pembentukan modal yang ada melalui investasi. Malahan langkah tersebut menyebabkan merosotnya standar konsumsi, dan membuat rakyat semakin menderita. Impor modal asing membantu mengurangi kekurangan tabungan domestik melalui pemasukan peralatan modal dan bahan mentah dan dengan demikian menaikkan laju tabungan marginal dan laju pembentukan modal (Jhingan, M.L.2000:29).
Selain itu, tabungan-rendah dan investasi-rendah mencerminkan kurang-nya modal, dan bersama dengan itu negara terbelakang mengalami keter-belakangan teknologi. Keterbelakangan teknologi terlihat pada biaya rata-rata produksi yang tinggi dan produktivitas buruh dan modal yang rendah-lantaran tenaga buruh yang tidak terampil dan usangnya peralatan modal. Yang ter-penting, keterbelakangan itu terlihat pada rasio output modal yang tinggi, yaitu untuk membuat satu unit output diperlukan modal yang lebih banyak. Peng-gunaan modal asing tidak hanya mengatasi kekurangan modal tetapi juga keterbelakangan teknologi. Bersamaan dengan modal uang dan modal fisik, modal asing juga membawa serta keterampilan teknik, tenaga ahli, pengalaman organisasi, informasi pasar, teknik-teknik produksi maju, pembaharuan produk,
Negara terbelakang sangat kekurangan modal overhead ekonomi yang secara langsung diperlukan untuk lebih mempermudah investasi. Proyek jalan kereta api, jalan raya, kanal dan sumber tenaga merupakan infrastruktur yang diperlukan bagi pembangunan. Tetapi karena hal-hal tersebut memerlukan investasi modal yang sangat besar dan mempunyai masa persiapan yang panjang, negara-negara tersebut tidak akan mampu melaksanakannya tanpa bantuan modal asing.

B.     Rumusan Masalah

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan investasi penanaman modal asing di DIY perlu disusun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
    1. Apakah tingkat suku bunga internasional berpengaruh terhadap penanaman modal asing?
    2. Apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap penanaman modal asing?

C.    Tujuan Penulisan

1.       Untuk mengetahui apakah tingkat suku bunga internasional berpengaruh terhadap penanaman modal asing.
    1. Untuk mengetahui apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap penanaman modal asing.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Investasi
Menurut Budiono (1981: 40) investasi adalah pengeluaran dari sektor produsen (swasta untuk pembelian barang-barang atau jasa untuk menambah stok barang dan perluasan perusahaan. Sedangkan Soediyono (1985: 180) berpendapat bahwa investasi adalah investasi menurut ekonomi makro biasa diartikan pengeluaran masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru.
Definisi secara agregat, investasi meliputi:
  1. Seluruh nilai pembelian pengusaha atas barang-barang modal dan pembelajaran untuk mendirikan industri.
  2. Pengeluaran-pengeluaran masyarakat untuk mendirikan rumah-rumah, tempat tinggal.
  3. Pertambahan dalam nilai-nilai stok barang-barang perusahaan berupa bahan mentah, barang yang belum selesai diproses dan barang jadi.
B.     Tingkat Bunga Internasional
Tingkat bunga adalah “harga” dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai “sewa” atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Menurut teori Klasik, bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi.
C.     Penanaman Modal Asing
Untuk keperluan statistik, istilah investasi asing kita gunakan definisi dari IMF Balance of Payment Manual (edisi ke empat), yang juga digunakan oleh Bank Indonesia. Definisi tersebut adalah : “investasi langsung mengacu pada investasi untuk memperoleh manfaat yang cukup lama dalam kegiatan perusahaan dalam suatu perekonomian di luar tempat penanaman modal tersebut, sementara tujuan penanaman modal adalah untuk memperoleh pengaruh secara efektif dalam pengelolaan perusahaan tersebut.” Istilah “manfaat yang cukup lama” tersebut merupakan investasi yang pengelolaannya memerlukan sedikit pengawasan.
Dalam definisi tersebut tidak termasuk investasi portofolio. Di Indonesia investasi seperti ini masih sangat kecil dan modal pinjaman yang telah masuk ke Indonesia dalam jumlah besar sejak tahun 1966 (Hal Hill, 1991).




BAB III

PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Inflasi di Indonesia
Inflasi di Indonesia dalam perkembangan dari tahun ke tahun selama periode penelitian terlihat cukup bergejolak. Perkembangan inflasi ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


Pada tabel terlihat laju inflasi di Indonesia periode 1986-2004 masih sangat fluktuatif. Pada tahun 1998 tingkat inflasi melambung naik sangat tinggi hingga mencapai 77,63%. Hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi yang mulai melanda Indonesia. Menurut Anwar Nasution, penyebab inflasi yang tinggi terutama adalah terjadinya masa paceklik bahan pangan akibat musim kemarau yang berkepanjangan yang disertai oleh peningkatan harga barang ekspor non minyak pada tahun 1998, meningkatnya pemasukan modal/pinjaman swasta dari luar negeri dan berlipat gandanya penerimaan minyak akibat peningkatan harga minyak pada pasaran dunia.
Dalam rangka mengatasi laju inflasi yang demikian tinggi, pemerintah mengeluarkan kebijakan anti inflasi dalam bentuk Paket Anti Inflasi yang menyangkut segi permintaan dan penawaran (demand management policy and supply side). Di bidang pengelolaan permintaan dilakukan berbagai kebijakan perkreditan dalam negeri, kebijakan dana, kebijakan penanaman modal dan kebijakan anggaran belanja. Sedang dari sisi penawaran, dilakukan program cadangan nasional, kebijakan perdagangan dalam negeri dan program pengadaan pangan. Akibat adanya paket kebijakan tersebut laju inflasi di Indonesia turun cukup pesat pada beberapa tahun berikutnya.
Tingkat Inflasi di Indonesia
Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus (Boediono, 1994). Adapun berbagai cara untuk menggolongkan jenis atau macam inflasi, berdasar lajur kecepatannya inflasi dibagi ke dalam:
  1. Inflasi lunak (mild inflation) atau creeping inflation, umumnya kurang dari 5% setahun dianggap sehat untuk perkembangan ekonomi.
  2. Inflasi cepat (galloij inflation), umumnya 5% atau lebih setahun.
  3. Inflasi meroket (hyper inflation), umumnya di atas 100% setahun.
Inflasi cepat apalagi inflasi meroket dirasa meresahkan masyarakat maka pemerintah berusaha untuk membendungnya.
Berdasarkan pada sumber penyebabnya inflasi dapat digolongkan sebagai berikut:
a.       Inflasi permintaan (demand-pull inflation)
Inflasi permintaan ini timbul sebagai akibat dari meningkatnya permintaan agregatif. Kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang-barang input dan faktor produksi seperti upah dan sebagainya.
b.      Inflasi penawaran (cost-push inflation)
Merupakan inflasi yang timbul sebagai akibat berkurangnya penawaran agregatif. Kenaikan harga barang-barang input dan faktor produksi mendahului kenaikan barang-barang akhir atau output.
c.       Inflasi Campuran (mixed inflation)
Adalah inflasi yang unsur penyebabnya berupa campuran antara demand-pull dan cost-push, yang secara harafiah dapat kita terjamahkan dengan tarikan permintaan dan dorongan biaya.
Pengaruh dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output tidak berbeda, tetapi dari segi volume output ada perbedaan. Dalam kasus demand inflation biasanya ada kecenderungan bagi output menaik bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva aggregate supply; semakin mendekati output semakin tidak elastis kurva ini. Sebaliknya, dalam kasus cost inflation biasanya kenaikan harga dibarengi dengan penurunan hasil penjualan barang (kelesuan usaha/investasi).
Munculnya tekanan inflasi pada suatu negara sedang berkembang adalah tak terelakkan, lantaran adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang-barang domestik, menyusul permulaan program investasi negara dalam jumlah besar.
B.     Tingkat Bunga Internasional
Ada dua faktor penting yang menentukan motif yang mendorong untuk mengadakan investasi, yaitu tingkat keuntungan bersih yang diharapkan dan suku bunga. Mengenai pengaruh tingkat bunga terhadap pengeluaran investasi suatu masyarakat baik menggunakan pendekatan yang sederhana maupun pendekatan yang lebih bervariasi menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu bahwa investasi merupakan fungsi tingkat bunga,
Tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan investasi sehubungan dengan alternatif keuntungan yang akan dinikmati oleh investor. Apabila menanamkan saja di bank dengan tingkat bunga yang tinggi daripada untuk investasi karena keuntungan pengembalian modalnya yang lebih rendah, demikian pula sebaliknya.
Memang benar bahwa suku bunga merupakan faktor yang cukup penting yang mempengaruhi keputusan investasi. Menurut Keynesian suku bunga tidaklah merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi investasi, disamping itu masih terdapat situasi depresi atau kelesuan kegiatan ekonomi yang menciptakan ekspektasi keuntungan bisnis yang kurang menggembirakan sehingga menyebabkan rendahnya investasi meskipun suku bunga rendah.
Penanaman modal asing merupakan salah satu sumber dana dan jasa pembangunan di negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kebijakan-kebijakan pemerintah baik deregulasi di sektor riil maupun di sektor moneter mendorong adanya peningkatan investasi baik dari dalam maupun luar negeri. Meningkatnya penanaman modal asing ini tidak terlepas dari pengaruh berbagai faktor ekonomi.
Tingkat bunga adalah “harga” dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai “sewa” atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Menurut teori Klasik, bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi.
Untuk menentukan tingkat investasi oleh investor asing melalui PMA maka tingkat bunga yang berlaku di luar negara secara internasional sangat berpengaruh sekali dalam hal pengambilan keputusan dalam menanamkan modalnya di suatu negara, sehubungan dengan alternatif keuntungan yang akan dinikmati oleh investor, apakah menanamkan saja uangnya di bank dengan tingkat bunga yang lebih tinggi daripada untuk investasi karena keuntungan pengembalian modalnya (setelah dinilai sekarang) lebih rendah demikian pula sebaliknya.
Adapun perkembangan LIBOR (London Inter Bank Offer Rate)  dalam kurun waktu 1986-2004 dapat dilihat pada tabel berikut:


Pada kurun waktu ini, dapat dikatakan bahwa suku bunga internasional rata-rata per tahun masih berada di bawah dua digit, namun di tahun 1989-1992 suku bunga mencapai dua digit, yang disinyalir akibat adanya resesi yang melanda dunia saat itu.
Modal asing dapat membantu menekan laju inflasi sebagai akibat kesenjangan antara penawaran dan permintaan. Disamping itu keuntungan lain dari pemanfaatan modal asing adalah dapat membantu mengatasi kesulitan neraca pembayaran yang dialami oleh negara berkembang.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari uraian diata dapat ditarik kesimpulan bahwa:
  • Fluktuasi tahunan periode 1986-2004 disebabkan oleh beberapa hal diantaranya tingkat suku bunga internasional, tingkat inflasi di Indonesia
  • Bahwa produk domestik yang berkembang dan dihasilkan cukup mendorong investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Penggunaan modal asing oleh negara berkembang dapat pula membantu pembangunan-pembangunan yang sekaligus mengurangi kekurangan modal overhead ekonomi yang sangat penting untuk lebih mempermudah investasi. Seperti proyek jalan raya, sungai, bendungan, jalan kereta api ataupun infrastruktur yang lain. Karena merupakan beban yang berat bagi negara berkembang untuk membangun semua itu tanpa dukungan modal asing.

B.     Saran

Dalam menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, kita harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kesanggupan kita untuk menerima investasi asing yang bersifat offshore production dengan selalu menjaga biaya-biaya input yang kompetitif, peningkatan sumber daya manusia, peningkatan ketersediaan dan kinerja fasilitas atau infrastruktur sehingga memperlancar produksi.
                                                                                                    





DAFTAR PUSTAKA


Todaro, Michael P. (2003). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Jilid 2. Penerbit Erlangga. Edisi Delapan

Hill,Hal, Ekonomi Indonesia,  PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2002.

Tidak ada komentar: