ARTIKEL
SEJARAH
PEMIKIRAN EKONOMI
TEORI
PEMIKIRAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Disusun Oleh:
ROMADANI RAJAB
2008 / 02609
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
PEMBAHASAN
TEORI PEMIKIRAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Membangun masyarakat yang adil dan
makmur suatu cita-cita yang luhur, tetapi juga suatu tantangan yang berat.
Memang. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang besar dan sumber alam yang
memadai, tetapi itu saja belum cukup. Untuk membangun bangsa dan negara yang sebesar
ini perlu tindakan yang terarah dan terencana. Maka. kita harus berpikir:
Bagaimana cara atau strategi membangun? Apa yang perlu dibangun? Mana yang hams
didahulukan? Hambatan apa yang perlu diatasi? Dari manakah kita mencari dana
yang diperlukan.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi
Pembangunan
Dalam hal pemikiran tentang pembangunan
ekonomi telah terjadi suatu perkembangan yang pastas kita perhatikan. Sejak
Adam Smith menulis bukunya yang terkenal: An Inquiry into the Nature and Causes
of the Wealth of Nations (1776) para ahli ekonomi tidak banyak mempersoalkan
masalah pembangunan ekonomi. Kemajuan atau pertumbuhan ekonomi dianggap sudah
semestinya terjadi. Masalah pembangunan ekonomi baru aktual lagi sesudah Perang
Dunia II, ketika banyak negara bekas jajahan mencapai kemerdekaannya dan
bertekad untuk segera mengejar keterbelakangannya dan mengatasi masalah
kemiskinan, ketergantungan, dan ketertinggalannya.
Sayang dalam ilmu ekonomi yang berlaku pada waktu itu belum banyak terdapat petunjuk
atau teori tentang bagaimana caranya membangun suatu negara yang belum Rostov
(The Stages of Economic Growth, 1959). Menurut teori ini, dalam proses menjadi
negara maju setiap masyarakat harus melalui lima tahap perkembangan, yaitu:
dari masyarakat “statis tradisional” — melalui tahap “prasyarat” — baru bisa
“lepas landas” (take off) — untuk selanjutnya berkembang atas kekuatan sendiri
— sampai akhirnya mencapai tahap “masyarakat adil makmur”.
Prasyarat-prasyarat yang perlu
diusahakan atau dilengkapi sebelurn suatu negara dapat “lepas landas”, antara
lain:
a. Perubahan ekonomi.
kenaikan
produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor pertambangan,
dengan modernisasi dan penerapan teknologi maju. kenaikan dayabeli masyarakat
sehingga mampu membeli hasil-hasil industri (lugs pasar).perluasan prasarana
produksi dan sosial di luar sektor industri, seperti perhubungan, perbankan,
pendidikan, dan kesehatan.
b. Perubahan sikap mental masyarakat.
Sikap yang
dihutuhkan untuk pembangunan, antara lain. herorientasi pada masa depan;
kemampuan untuk bekerja sama secara disiplin dan bertanggung jawab; bersikap
rasional: efisiensi, menghargai waktu dan kekayaan inateriil.
c. Peningkatan kemampuan warga
masyarakat untuk menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kepemimpinan nasional yang berorientasi
pada pembangunan.
e. Munculnya usahawan-usahawan sejati,
hukan yang karbitan.
f. Keseimbangan Neraca Pembayaran perlu
dijaga untuk memperkecil ketergantungan dari modal luar negeri.
Meskipun penahapan Rostow ini banyak
dikritik oleh para ahli ekonomi dan sejarah, namun sebagai pola pembangunan
ekonomi nasional mengandung beberapa pengertian yang penting, antara lain
bahwa pembangunan harus diartikan sebagai suatu usaha terencana di berbagai
sektor secara simultan dan terpadu untuk mempersiapkan tahap “lepas landas”,
dengan menciptakan pranata dan lembaga sosial sebagai prasyarat yang mendorong
perubahan sosial dan budaya.
Teori Perubahan Struktural
Teori yang lebih langsung menanggapi
masalah span style=”text-decoration: underline;”>pembangunan ekonomi
negara-negara berkembang berpangkal dari pengertian perubahan struktural. Teori
perubahan struktural memusatkan perhatiannya pada mekanisme atau cara bagaimana
negara “terbelakang” dapat mentransformasikan struktur perekonomiannya dari
pertanian tradisional untuk mencukupi kebutuhan sendiri menjadi perekonomian
yang lebih modern. Tokoh teori ini adalah W.Arthur Lewis (model dua sektor)
yang dikeinbangkan lebih lanjut oleh John Fei dan Gustav Ranis.
Model W. Arthur Lewis
Dalam model Lewis perekonomian yang
terbelakang terdiri dari dua sektor. yaitu sektor tradisional di pedesaan dan
sektor industri modern perkotaan yang lebih produktif dan dapat sedikit demi
sedikit menampung kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian.
Perhatian utama model ini adalah
pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja dari desa ke kota serta
pertumbuhan produksi dan kesempatan kerja di sektor modern. Perkembangan sektor
modem ditentukan oleh tingkat investasi di hidang industri, sedangkan tingkat
upah di perkotaan cukup lebih tinggi untuk menarik tenaga kerja dan desa ke
kota tetapi tidak naik dengan terlalu cepat. Yang disyaratkan agar proses ini
berjalan dengan balk ialah hahwa keuntungan yang diperoleh di sektor modern
ditanam kembali dalam sektor modern (dan tidak dilarikan ke bank di luar
negeri), dan dieunakan untuk perluasan usaha (hukan untuk membeli barang modal
yang lebih canggih yang justru menghemat tenaga kerja). Juga diandaikan bahwa
tenaga kerja yang tidak terampil yang mengalir dari desa ke kota semuanya bisa
ditampung di sektor modern. Jelaslah kiranya bahwa syarat-syarat dan
anggapan-anggapan ini kenyataannya sulit terpenuhi.
Perubahan Struktural dan Pola
Pertumbuhan
Sementara itu, pars ahli ekonometri
berhasil mengembangkan metode-metode penelitian empiris dengan
indikator-indikator yang secara kuantitati dapat menelusuri proses perubahan
struktural yang telah terjadi di berbagai negara berkembang. Atas dasar
penetitian yang luas dalam sejumlah besar negara berkembang dalam kurun waktu
195°— 1973. Chenery dan Syrquin (1975) merumuskan sejumlah ciri-ciri yang
bersama-sama menunjukkan pola dasar proses perkembangan ekonomi (Patterns of
Development), meskipun ada perbedaan-perbedaan antara negara yang satu dengan
yang lain karena perbedaan situasi, sumber daya, kebijakan pemerintah, dan
sebagainya. Pola perubahan yang terjadi bila pendapatan per kapita suatu negara
berkembang mulai naik, antara lain:
a) Transformasi struktur produksi:
terjadi pergeseran dari produksi harang pertanian ke produksi barang industri:
peranan industri (sebagai % GNP) meningkat dan peranan pertanian menurun.
b) Tingkat tabungan dan akumulasi
modal, balk modal fisik maupun modal manusia (pendidikan) semakin meningkat.
c) Terjadi perubahan dalam komposisi
permintaan dalam negeri.
pengeluaran
rnasyarakat untuk pangan relatif menunin. pengeluaran untuk konsumsi bukan
pangan naik, pengeluaran untuk imestasi dan untuk sektor pemerintah meningkat.
Biasanya balk impor maupun ekspor naik dan komposisi ekspor berubah dari
bahan-hahan mentah menjadi lebih banyak barang industri.
d) Penggunaan faktor produksi terjadi pergeseran
tenaga kerja dart sektor pertanian ke sektor industri dan jasa, sedangkan
produktivitas di sektor pertanian juga meningkat.
e) Perubahan sosial: terjadinya
urbanisasi, tingkat kelahiran dan tingkat kematian menurun, sekaligus
distribusi pendapatan makin timpang (perbedaan kaya-miskin semakin menyolok).
Dalam model ini selain peranan
tabungan dan investasi ditunjuk pula adanya setumpuk faktor lain yang (harus)
ikut berubah agar perekonomian dapat berkembang dari sistem ekonomi tradisional
menjadi sistem modern. Chenery juga menunjuk pada kendala-kendala dari dalam
negeri seperti keterbatasan sumber daya, jumlah dan pertainbahan penduduk,
rintangan kelembagaan, kebijakan dan cara kerja pemerintah. Juga kendala yang
berasal dari dunia internasional seperti kesulitan (atau kemudahan) mendapatkan
modal dari luar negeri, peralihan teknologi (canggih tapi padat modal padahal yang
dibutuhkan teknologi madya yang padat karya), dan sebagainya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar