Sabtu, 15 Desember 2012

makalah pep


MAKALAH

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

Peningkatan Pembangunan Ekonomi Dalam Kaitan Kemampuan Negara Berkembang Melakukan Pembayaran Hutang Dan Melakukan  Pembangunan Sumber Daya Manusia.

Diajukan Sebagai Syarat Dalam Memenuhi Tugas Akhir Dalam Mata Kuliah
 Pengantar Ekonomi Pembangunan

 








OLEH:

Romadani rajab
BP/NIM. 2006/02609



PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “ Peningkatan Pembangunan Ekonomi  Dalam Kaitan Kemampuan Negara Berkembang Melakukan Pembayaran Hutang Dan Melakukan  Pembangunan Sumber Daya Manusia.” makalah ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mengikuti perkuliahan Ekonomi Pembangunan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ariusni, S.E. M.Si, selaku dosen dalam perkuliahan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis dalam melakukan transfer ilmu. Untuk itu penulis mengucakan rasa terima kasih atas bantuan yang diberikan dalam penulisan makalah ini dan semoga diterima oleh Allah Yang Maha Esa.
Akhirnya, penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun sehingga menjadi sumbangan yang berarti bagi pendidikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaatkan bagi penulis lain dan semua pihak tentunya.
Padang,  Desember, 2012

                                                                                                         
Penulis
DAFTAR ISI
           
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN              
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Perumusan Masalah
A.    Tujuan Penulisan
BAB II  KAJIAN TEORI
A. partisipasi  Pembangunan
B. Pembangunan Ekonomi
BAB III PEMBAHASAN
A. Kondisi Negara Berkembang
B. Peningkatan Pembangunan Ekonomi Dalam kaitan kaitannya Melakukan Penyelesaian Hutang Oleh Negara Berkembang
C. Peningkatan pembanguna ekonomi dalam kaitannya  melakukan penngatan sumberdaya manusia oleh Negara berkembang
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan ekonomi bagi negara berkembang merupakan hal utama untuk menjadikan negara  lebih mampu bersaing dengan negara maju. Pentingnya pemabnguan ekonomi tersebut tidak terlepas dari berbgai faktor yang memeprngaruhinya.
Dalam membicaakn fakor yang mempengaruhi pembangunan ekonmi dinegaraberkembangan tentunya tidak saja selalau berhubungan dengan fakta fakta yang ada, tetapi juga berhubungan dengan realitas kehidupan summberdaya nanusianya. Sehingga menjadi penting memperhatikan aspek-aspek pembanguan tersebut. Berkaitan dengan faktor-faktor tersebut tentunya tidak akan terlepas dari kesadarn berupa partisipasi dari manusia dan negara dalam meningkatkan kemampuan mereka. Karena dengan peningkatan kemampuan pada dasrnya akan mempermudah terjadinya penciptaan neknologi-teknologi yang memberikan manfaat terhadap perekonomian negara dan  individu masyarakat itu sendiri.
Bentuk partisipasi dalam peningkatan tersebut dapat dilihat dari berbagai hal, seperti kemampuan negara dalam membayar pinjaman dan kemampuan negara dalam meningkatkan indeks pembangunan manusianya. Keduanya menjadi menarik akrena dilema yang terjadi dinegara berkembang adalah ketika negara berkembang menerima pinjaman dalam jangkawaktu tertentu dan tiba waktunya untuk memayar negara tersebut tidak mampu mengembalikan pinjaman internasional tersebut. Berkaitan dengan peningkatan indeks pembangunan manusia maka dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya pengembangan sumberdaya manusia telah dilakukan dengan cukup baik tetapi dalam kenyataannya tidak mampu memberikan dampak terhadap pembangunan ekonomi di negara berkembang.
Berdasarkan pada permasalahan maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalah ini dalam kaitannya dengan partisipasi pembayaran hutang oleh negara berkembang dan partisipasi dalam sumberdaya manusia meningkatkan pembangunan ekonomi. Untuk itu judul makalah ini adalah Peningkatan Pembangunan Ekonomi  Dalam Kaitan Kemampuan Negara Berkembang Melakukan Pembayaran Hutang Dan Melakukan  Pembangunan Sumber Daya Manusia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan dibicarakan dalam makalah ini adalah berkaitan dengan pembayaran utang oleh negara berkembang dan peningkatan kualitas partispasi sumberdaya manusia dalam peningkatan pembangunan ekonomi di negra berkembang.
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.       Untuk melengkapi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan, sebagai syarat dalam mengikuti ujian semester
2.       untuk mengetahui bagaimana pembangunan ekonomi di negara berkembang
BAB II
KAJIAN TEORI
A.  Partisipasi pembanguan
Menurrut Todaro (2004:269) salah satu tujuan pertumbuhan ekonomi adalah pembangunan manusia, maka tanpa partisipasi kita akan mencapai pembanguna pertumbuhan ekonomi tanpa pembangunan. Berdasarkan pemahaman ini maka pada adasarnya selain menciptakan pendapatan masyarakat tujuan dari pertumbuhan ekonomi adalah meciptakan partisipasi pembanguan masyarakat sehingga tercipta pembangunan ekonomi yang mampu meningkatkan perekonomian.
Partispasi merupakan suatu cara mencapai tujuan lain dari pembangunan ekonomi. Lebih lanjut Todaro (2004:270) menjelaskan bahwa partisipasi pembanguan terbukti membuat proyek-proyek pembangunan yangg paling berhasil. Dengan partisipasi murni dan penuh oleh orang-orang yang mendapatkan manfaat pembangunan dan dengan cara penggunaan bantuan pembangunan secara umum, kita dapat berharap dari setiap dolar bantuan yang diberikan dapat memeberikan hasil bagi perbaikan perekonomian.  
B.      Pembangunan ekonomi
Berbicara tentang pembangunan ekonomi tidak akan terlepas dari Pertumbuhan ekonomi suatu negara.  Pertumbuhan ekonomi menurut kuznet adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara menyediakan barang ekonomi kepada pendududknya. Kemampuan itu tumbuh dari kemajuan teknologi da penyesuaian lembaga pelenmbagaan yang idiologis. Defenisi ini memberikan gambaran bahwa dalam pertumbuhan ekonomi mempunyai tiga arti penting, yaitu pertumbuha ekonomi suatu bangsa dapat diihat dari peningkatan penyediaan barang, teknologi maju menjadi pwnwntu derajat kejuan suatu negara, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan penyesuaian dibidang pelembagaan damidiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh umat manusi dapat dimanfaatan. (jhinggan, 20057) .
Selanjutnya dalam proses pembanguan ekonomi menururt Rostow (dalam Sukirno;1985) tidak akan terlepas dari pembanguan ekonomi, politik ,sosia budaya yang berlaku. Pembangunan ekonomi bukan saja perubahan dalam struktur pembanguan ekonomi suatu negara yang menyebabkan  peranan sektor pertanian menjadi menururn dan peranan sektor industri meningkat. Akan tetapai mencakup beberapa proses lainnya yaitu; 1) perubahan orentasi orentasi ekonomi, politik dan sosial budaya yang pada mulanya mengarah dalam satu aderah menjadi keluar daeerah, 2) pandangan anggaota masyarakat terhada berbagai anggota keluarga, 3) perubahan dalam kegiatan penanaman modal dari yang tidak produtif menjadi penanaman modal yang produktif, 4) perubahan terhadap cara pandang masyarakat kearah kehidupan yang modern.
Peruabahan-perubahan dalam pembangunanan tersebut tentunya tidak dapat tercipta dengan sendirinya dan dengan keinginan pemerintah saja tapi diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat dan peemrintah itu sendiri.

BAB III
PEMBAHASAN
A.    Kondisi Negara Berkembang
Dalam perkembangan perekonomian dunia dapat dibedakan atas 2 kelompok negara yaitu negara maju dan negara berkembang. Menurut (suharto, dalam wwww. Google.com) Terdapat 33 negara yang masuk kategori negara Maju. Sebanyak 26 negara berada di kawasan Eropa (Prancis, Jerman, Belanda, Inggris,dst.) dan 6 diantaranya masuk bagian Eropa Timur dan Tengah (Bulgaria, Hongaria, Polandia, Slovenia, Republik Slovak dan Czechnya). Dua negara, Estonia dan Ukraina, merupakan negara yang baru merdeka dari bekas Uni Sovyet. Mayoritas negara-negara ini memiliki sejarah demokrasi yang kukuh dan sistem ekonomi terbuka. Kondisi ekonominya sangat baik dan stabil. Rata-rata GDP mencapai $18.700 dengan inflasi yang relatif rendah (3,1%). Tingkat tabungan dan investasi tinggi, sedangkan utang luar negerinya sangat rendah. 
Negara-negara yang masuk kategori Negara Berkembang Menengah menyebar diseluruh wilayah geografis: Asia (36 negara), Amerika Latin (22), Afrika (10), dan Oceania (1). Sebagian besar negara-negara ini telah memiliki apa yang disebut “social ingredients” yang diperlukan untuk mencapai kondisi sosial dan ekonomi maju, seperti stabilitas politik, dinamika ekonomi, akses ke sumber daya alam (khususnya enegi), kualitas kesehatan, pendidikan dan sistem jaminan sosial. GNP per kapita di Negara Berkembang Menengah juga relatif tinggi, sekitar US$4910 dengan pertumbuhan 2,3% per tahun dan laju inflasi 7% per tahun. Tingkat pengangguran relatif rendah, sekitar 13,1% dari jumlah angkatan kerja. Namun demikian, beberapa negara masih memiliki kondisi sosial ekonomi yang rentan, seperti pemerintahan korup, jumlah dan pertumbuhan penduduk tinggi, tingginya pengangguran dan meluasnya kemiskinan.
Negara yang termasuk kategori Negara Berkembang Terbelakang berjumlah 38. Sebagian besar berada di Afrika (29 negara), 7 negara di Asia,1 negara di Amerika, dan 1 negara di Pasifik Selatan. Terbelakangnya pembangunan ekonomi di negara ini terlihat dari rendahnya Rata-rata GDP di negara-negara berkembang terbelakang ini sekitar US$950. Pertumbuhan ekonominya juga sangat rendah, hanya sekitar 3% dengan inflasi tinggi, mencapai 37%. Sarana komunikasi dan transportasi sangat terbatas, serta daya saing di pasar internasional juga sangat terbatas. Tabungan pemerintah dan sektor swasta sangat rendah, sementara utang luar negerinya sangat tinggi. Pemerintahan di sebagian besar negara ini sangat sentralistik. Roda ekonomi sangat tergantung pada gabungan antara pinjaman luar negeri, bantuan negara donor, dan investasi swasta dari luar negeri. Tingkat pengangguran di Negara Berkembang Terbelakang juga sangat tinggi. Meski secara resmi tercatat 20%, kenyataannya bisa lebih dari itu. Pengangguran terutama dialami oleh wanita, laki-laki berusia lebih ari 45 tahun, para penyandang cacat dan buta hurup menular.  Berdasarkan pada kondisi perkembangan ini maka nampak bahwa dalam perkembangan negara berkembang memiliki tingkat pendapatan yang rendah , inflasi yang cukup tinggi, sarana komunikasi dan transportasi yang masih kurang memadai
B.    Peningkatan Pembangunan Ekonomi Dalam Kaitannya Dengan Kebijakan Penyelesaian Utang Oleh Negara Berkembang 
Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan menyeluruh adalah satu-satunya faktor terpenting dalam memelihara keberlanjutan pembanguanan. Pengalaman perekonomian di Asia Timur dan Asia Tenggara menekankan pada pentingnya suatu kebijakan publik yang dinamis dan peran aktif dari negara yang bersangkutan dalam menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan terselenggaranya pertumbuhan ekonomi yang cepat. Untuk itu bagai negara berkembang diperlukan keseriusan dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan.
Dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan tersebut, pemerintah negara berkembang tentunya membutuhkana anggaran dalam pembiayaan pembangunan. Pada sebahagian negara yang berkembang, anggara tersebut kemudian diambil dari pinjaman negara berkembang kepada lembaga donor, seperti IMF, paris Club, ADB, dan lainnya. Melalaui pinjaman peinjaman inilah kemudian pembangaun tersebut mulai dilaksananakan. Namun yang terjadi permasalahan adalah sering tertundanya atau tidak mampuya pemerintah negara berkembang mengembalikan pinjamn yang diterimanya. Akibatnya jelas bunga pinjaman yang ditanggung negara berkembang mengalami peningkatan.
Berbagai permasalahn ini timbul karena pada sebahagian negara berkembang memiliki tingkat GDP yang relatif kecil, sehingga relatif sulit untuk membiayai utang dari anggaran yang tersedia. Sebagai contoh dapat dilihat pada kondisi indonesia yang relatif mempunyai beban yang cukup tinggi dari pembiayaan tehadap hutang.
Grafik 1.
Pembayaran Bunga Utang Pemerintah Indonesia
Berdasarkan grafik terlihat bahwa terdapat pembayaran bunga utang pemerintah yang megalami penurunan. Namun secara keseluruhan bunga utang tersebut masih tinggi. Krisis ekonomi 1998 telah menaikkan jumlah utang luar negeri pemerintah dalam rupiah menjadi tiga sampai empat kali lipat dari kondisi sebelum krisis akibat depresiasi rupiah yang tajam. Utang ini diperparah oleh program penjaminan dan rekapitalisasi dalam rangka penyehatan perbankan saat terjadi krisis. Penerbitan surat utang dan obligasi negara tersebut menimbulkan tambahan beban pada sisi pengeluaran APBN, yakni berupa pembayaran bunga pinjaman dalam negeri sehingga menimbulkan dampak fiskal yang sangat berat dan akan terus dirasakan sampai beberapa tahun mendatang. Ditambah dengan beban pembayaran bunga dan cicilan pinjaman luar negeri yang mengalami kenaikan akibat tambahan utang baru selama krisis berlangsung maupun akibat depresiasi rupiah, total beban kewajiban utang pemerintah (dalam negeri dan luar negeri) ini menambah tekanan APBN sehingga mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan fiscal stimulus bagi pertumbuhan ekonomi. Akibat lebih lanjut dari adanya beban untuk memenuhi kewajiban utang yang begitu besar telah menggeser permasalahan dalam menciptakan pembanguna yang lebih baik menjadi pembanguan untuk membayar hutang negara.
C.    Peningkatan Pembangunan Ekonomi Dalam Hal Kaitannya Dengan Kebijakan peningkatan partispasi sumberdaya manusia
Dalam menciptakan pembanguan ekonomi yang lebih relevan, maka partisipasi yang hasrus dikembangkan bukan saja oleh pemerintah tetapi juga oleh masyarakat itu sendiri. Dalam peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun dapat dilihat dari upaya masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan indeks pemabngunan manusia di negara berkembang. Tujuannya adalah agar ewarga negara mamapu memiliki pemahamn yang lebih terhadap tinggat penddikan, kesehatan dan perekonomian itu sendiri.  Untuk menciptakan tinggat pendidikan yang lebih baik bagi negara berkembang pada dasarnya juga telah ditentukan berdasarkan ujuan kedua dari delapan tujuan Pembangunan Millenium (TPM) atau  Millennium Development Goals (MDGs) yang telah ditetapkan melalaui kesepakatan bersama.
Tujuan kedua dari delapan tujuan Pembangunan Millenium (TPM) atau  Millennium Development Goals (MDGs) adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua. MDGs memang bukan merupakan isu yang baru, tetapi pencapaian target MDGs di Indonesia masih di bawah target yang diharapkan. Bahkan, menurut Laporan "A Future Within Reach" maupun Laporan MDGs Asia-Pasifik tahun 2006, Indonesia termasuk dalam kategori terbawah bersama Banglades, Laos, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini dan Filipina (Hartiningsih, 2007). Pada awal sosialisasi MDGs di Indonesia memang menimbulkan beberapa kontroversi. Ada sebagian dari komponen masyarakat yang menganggap bahwa MDGs sebagai program yang ambisius. Namun, MDGs sebenarnya bukan hal yang ambisius atau mengada-ada karena MDGs merupakan program yang didasarkan pada semangat pemenuhan hak dasar warga negara. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar indikator MDGs didasarkan pada Human Development Index (HDI) yang terdiri dari tiga indikator, yaitu: pencapaian pembangunan bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Tiga indikator dalam HDI yang meliputi aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi tersebut mencerminkan  sejauh mana negara mampu memenuhi hak-hak dasar warga negara.
Apabila keberhasilan pencapaian MDGs diukur dari HDI, maka pencapaian MDGs di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Posisi Indonesia dalam HDI pada tahun 2006 berada pada urutan 108, dengan nilai indeks sebesar 0,83. Ranking Indonesia ini jauh di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya, misalnya Singapura yang berada pada urutan ke-25, Malaysia ke- 61, Thailand ke-74, Filipina ke–84 dan Brunei Darrusalam ke-34. Karena tulisan ini akan mendiskusikan tujuan kedua dari delapan Tujuan Pembangunan Milenium, maka akan disajikan tingkat pencapaian bidang pendidikan di Indonesia. Setidaknya kita akan melihat posisi Indonesia dalam beberapa negara di Asia Tenggara. Menurut Global Monitoring Report (GMR)[1] 2008 yang dikeluarkan UNESCO, Indeks Pembangunan Pendidikan atau Education Development Index (EDI)[2] Indonesia mengalami penurunan. Pada GMR, peringkat Indonesia turun dari posisi 58 menjadi 62. Seperti yang dipaparkan pada Kompas (31 Desember 2007:14), nilai total EDI yang diperoleh Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 0,003 poin dari 0,938 menjadi 0,935. Tabel 1 berikut ini menyajikan nilai EDI agar dapat mengamati perbandingan Education Development Index (EDI) beberapa negara Asia Tenggara
Tabel 1. Indeks Pembangunan Pendidikan Negara Asia Tenggara
Negara
Indeks Pembangunan Pendidikan
Angka Partisipasi Pendidikan Dasar
Angka Melek Huruf usia 15 thn keatas
Angka menurut gender
Angka Bertahan hingga kelas 5 SD
Brunei
0,965
0,969
0,927
0,967
0,995
Malaysia
0,945
0,954
0,904
0,938
0,984
Indonesia
0,935
0,983
0,904
0,959
0,895
Vietnam
0,899
0,878
0,903
0,945
0,868
Filipina
0,893
0,944
0,926
0,955
0,749
Myanmar
0,866
0,902
0,899
0,963
0,699
Kamboja
0,807
0,989
0,736
0,871
0,631
Laos
0,750
0,836
0,714
0,820
0,630
     Sumber: www.google.com .
Bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembangunan dalam bidang ini adalah dengan mengupayakan peningkatan anggaran bagi negara berkembang dalam bidang pendidikan. Ini diperlukan agar terjadi pemerataa dan penciptaan tingkat kemampuan yang lebih baik terutama dari segi pembiayaan. Pengeluaran pembiayaan yan dilakukan oleh negara berkembang dapat dilakukan dengan meningkatkan persentase pembiayaan publik



Tabel 2.Pengeluaran Publik Bidang Pendidikan di Malaysia, Thailand, Filipina dan Indonesia tahun 2004
kETERANGAN
malaysia
THAILAND
filipina
indonesia
Persentase pengeluaran publik
28
27
17,2
9
Per kapita PDB (harga US$ pada konstan 2000)
4.290
2.356
1.085
906
Jumlah penduduk (juta)

24,4
63,7
81,6
217,6
Persentase jumlah penduduk berumur 0-14
3,0
4,1
2,8
3,5
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bagaimana partisipasi masing-masing pemerintah yang memiliki pembiayaan pengeluaran publik dalm pendidikan. Sehingga mereka mampu memperoleh hasil dari pembangunan saat ini. Dari tabel dapat diketahui bahwa malaysia memiliki partisipasi dalam pengeluaran publik untuk pembangunan tertinggi di asia tenggara, yaitu 28% dari produk domestik brutonya. Selanjutnya di ikuti oleh thailand, filipina dan indonesia.
Pentingnya partisipasi pendidikan sebagaimana diuraikan di atas memang tidak dapat disangkal lagi.  Bagi sebagian negar berkembang yang memiliki penduduk miskin dalam jumlah skala beasr, pendidikan merupakan salah satu alat mobilitas vertikal yang paling penting. Ketika modal yang lain tidak mereka miliki, terutama modal berupa uang atau barang, hanya dengan modal pendidikanlah mereka dapat berkompetisi untuk mendapatkan kesempatan memperoleh penghidupan yang lebih baik di masa depan.
Pendidikan yang tinggi, yang ditunjang dengan kondisi kesehatan yang baik, pada akhirnya  dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang sejahtera. Tentu pendidikan dan kesejahteraan tidak memiliki hubungan yang bersifat langsung, akan tetapi melalui proses panjang di mana pendidikan  yang baik akan memberi peluang pada anggota masyarakat untuk dapat terlibat di dalam proses pembangunan ekonomi. Bagaimana mekanisme tersebut dapat terjadi dapat dijelaskan dalam proses sebagai berikut: Kondisi pendidikan dan kesehatan yang baik merupakan prasayat terbentuknya SDM yang berkualitas. Dengan SDM yang berlualitas maka masyarakat akan memiliki produktivitas tinggi. Produktivitas yang tinggi pada gilirannya akan berkontribusi sangat significant pada upaya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Kesempatan untuk dapat memperoleh pelayanan pendidikan, dengan demikian, dapat pula digunakan sebagai instrumen yang paling efektif untuk memotong matai rantai atau lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of poverty, di mana kemiskinan terjadi karena rendahnya produktivitas orang miskin yang disebabkan rendahnya kualitas SDM (pendidikan dan kondisi kesehatan) orang miskin tersebut. Rendahnya SDM orang miskin itu sendiri disebabkan kondisi kemiskinan mereka sehingga mereka tidak mampu melakukan investasi untuk pendidikan dan kesehatan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Dengan begitu pentingnya pembangunan ekonnomi bagi setiap negaar berkembang, maka peningkatan kualitas sumebrdaya manusia perlu ditingkatkan. Sementara itu bagi negara yang mengansdalkan pembanguan perekonomian dengan kredit utang hendaknya juga memperhatikan kondisi perekonomian jangka panjang.. hal ini perlu dilakukan agar tidak menjadi beban bagi pemerintahan selanjutnya. Selain itu dengan memperhaitikan GDP negara, maka sedapat mungkin pembiayaan lewat hutang dilakukan melalaui lemabaga atau negara donor yang memberikan pinjaman lunak. Sehingga dalam mengemblikan pinjaman dapat lebih ringan.
B.   Saran
Dalam kaitnnya dengan ekonomi pemangunan maka pemerintah dalam meningkat pembangunanya sedapat mungkin mengurangi pembiayaan pembanguan dari hutang jangka pendek yang dapet memeberikan beeban lebih bagi negara untuk menyelesaikannnya. Samentara itu dalam penciptaan pembangunan yang lebih baik, anggaran sektor publik untuk pembiayaan pendidikan harus makin ditingkatkan sehingga tidak dapat meningkatkan kemampuan kualitas nmanusia yang menjalankan perekonomian nantinya















DAFTAR PUSTAKA
Jhinggan. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Press
Sadono Sukirno. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: FE UI
Todaro, Michael. 2004. Pembanguan ekonomi 2. Jakarta:  Erlangga
http://www.publicfinanceindonesia.org. Pembiayaan sektor pendidikan.
http;// www.google.com. Peringkat indeks pembanguanan manusia




Tidak ada komentar: